Umm... ok.. baru sempet nulis yg chapter 1nya skr.. mian klo absurd.. hanya mengutarakan isi yang ada di kepala.. --v
Cast : - Byun Baekhyun (EXO)
- Cha Sunwoo (Baro B1A4)
- Shim Hyunmi (OC)
- others
Disclaimer : This PLOT is MINE! ini hasil murni dari apa yang aku bayangin, hayatin, lakuin, tontonin.. *halah* yah pokoknya ini murni hasilku! Enjoy ya~~
Prolog singkatny ad disini yah --> Prologue
"Sonsaengnim.. Eotteyo? Apa aku bisa sembuh?" seorang lelaki tua bersuara serak bertanya pada orang berbaju putih yang ia panggil sonsaengnim tadi. Ia bersama istrinya yang umurnya tak beda jauh darinya. Sang istri hanya menatap sang Suami harap - harap cemas. Berharap mendapat jawaban bagus dari sang dokter.
"yah.. Jika kau ingin sembuh, Aku akan berusaha semampuku untuk menyembuhkanmu.." ujar sang dokter sambil menulis hasil CT dan Ronsen si pasien pada buku rekam medisnya.
"Kenapa.. Jawabanmu seperti itu? Apa kau berkata begitu karena memang Suamiku takkan bisa sembuh?" Sang Istri agak emosi mendengar jawaban dokter yang ada dihadapannya tak sesuai dengan yang diharapkan.
". . . . . . Aku hanya memenuhi permintaan pasien.. Jika ia ingin cepat sembuh, maka Aku akan berusaha menyembuhkannya dengan treatment yang akan kuberikan.. Tapi jika tidak, maka Aku akan membiarkannya begitu saja.. Karena memang, aku bukan tipe dokter pemaksa seperti beberapa dokter disini.. Jika memang kau tidak suka denganku, maka Aku bisa merekomendasikan dokter lain supaya kau bisa berkonsultasi dengannya nanti." ujar dokter yang memiliki papan nama di mejanya 'Byun Baekhyun'.
Pasutri itu saling pandang. Mereka makin bingung dengan pernyataan Baekhyun.
"Bahkan jika kau menemukan pasien yang sudah tak berdayapun, apa kau juga akan bertanya padanya, dia ingin sembuh atau tidak??" Lelaki itu bertanya walau dengan suaranya yang sudah hampir habis. Baekhyun diam sesaat. Ia menatap lelaki tua itu lurus.
"Kebanyakan pasien disini juga tidak sepenuhnya mengerti dunia medis.. Bisakah kau menjelaskan pada kami tentang penyakitku ini? Setidaknya jika memang aku tidak bisa di sembuhkan, aku ingin menjaga istri dan diriku sendiri sebelum aku mati nanti.." pinta lelaki itu sambil tersenyum. Sang istri mengusap - ngusap tangan sang Suami sambil menahan tangis. Baekhyun mengambil napas panjang.
" . . . . Baiklah.. Begini.." Baekhyun kembali membuka hasil CT scan yang sudah ia rapikan tadi.
"Ini pita suaramu.. Letaknya tepat disini.." Baekhyun menjelaskan sambil menunjuk lehernya sendiri.
"dan ini adalah tumormu.. Jika kau datang lebih awal, mungkin hanya pita suaramu saja yang akan diambil.. Tapi karena kau terlambat memeriksakan diri, tumor ini sudah menyebar ke seluruh lehermu termasuk Tiroidnya.. Jika kau menginginkan operasi, kelenjar Tiroidmu juga mau tak mau harus kuambil.." jelas Baekhyun sambil menunjukkan letak tumor si pasien bergantian. Dari CT, kemudian ia menunjukkan ke lehernya sendiri.
"Kelenjar Tiroid itu.. Apa?" tanya si Suami.
"Kelenjar yang berperan penting untuk mengsekresikan hormon Tiroksin.. Itu merupakan hormon yang berperan penting untuk metabolisme tubuh.. Metabolisme sendiri adalah proses penghasilan zat - zat berguna untuk tubuh.. Jika Tiroidmu diambil, maka seumur hidup kau harus minum Thirax.. Itu hormon Tiroksin yang sudah dibentuk menjadi obat padat.. Kalau kau tak minum itu, proses metabolismemu bisa terganggu.. Tubuhmu juga akan terlihat lemas nantinya.." Baekhyun menjelaskan secara detail supaya pasangan lansia itu mengerti. Kemudian mereka saling pandang.
"Kalau begitu, kami pikirkan dulu untuk operasinya.. Jika Suamiku tidak di operasi, apa yang akan terjadi?" tanya si Istri. Wajahnya sudah menunjukkan keputusasaan yang berlebihan.
"Suamimu akan sulit bernapas.. Bahkan, bisa berhenti bernapas secara mendadak.." jawab Baekhyun singkat. Pasangan lansia itu semakin takut saja.
". . . . . Keurom, kami permisi dulu.. Akan kami pikirkan dan bicarakan dulu berikut dengan anak - anak kami.. Gomapseumnida Sonsaengnim.. Kami akan kembali kemari secepatnya.." lelaki tua itu bangkit dari duduknya dan membungkuk agak lama ke Baekhyun sebelum akhirnya ia pergi dengan senyum mengembang. Baekhyun agak tersentak dibuatnya.
"Ini pasien terakhir.. Terimakasih Sonsaengnim.." perawat yang mengantar pasien lansia itu mengintip lewat pintu. Ia memberitahu Baekhyun dengan senyum yang juga tak kalah mengembang dari pasien tadi.
"aaahhhh........" Baekhyun membanting kepalanya ke belakang di kursi dokternya. Dari semua pasien, hanya pasangan lansia tadi yang 'ngobrol' banyak dengannya.
" . . . . Senyuman itu... Kenapa mirip dengan senyumannya??" Baekhyun menerawang. Membuatnya kembali ke ingatan yang tak ingin ia ingat kembali.
-------------------------------------------------------------------
"Chukhae Baekhyunnie~"
"Chukhae~ Aku tak menyangka kau akan mendapatkan nilai terbaik.."
"Hebat! Aku mungkin tak bisa sepertimu.."
Begitulah segelintir kata yang diucapkan orang - orang jika bertemu denganku hari ini. Aku hanya menunduk sambil tersenyum dan berkata 'kamsahamnida' atau 'gomawo'.
Yup. Hari ini adalah wisuda S2ku sebagai Dokter THT. Entah kenapa aku mengambil THT. Padahal dulu sama sekali tidak ada niat mau kesana. Mungkin karena Rumah Sakit tempatku bekerja yang juga sekaligus punya Ayahku itu terkenal dengan THTnya yang bagus? Aku juga tidak mengerti.
Dari kejauhan aku melihat Ayah, Nuna dan Hyungku. Nuna dan Hyungku menatapku bangga sambil bertepuk tangan. Aku membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman. Mereka juga dokter. Nuna seorang dokter Kardiovaskular. Sedangkan Hyung dokter Anak. Namun nampaknya, Ayahku sama sekali tidak tertarik dengan prestasi yang telah kucapai mati - matian ini. Ia malah menatapku sekilas kemudian pergi. Rasanya jika tidak ada orang, aku ingin sekali melempar togaku ke depan muka Ayahku.
'Sial! Setelah ini, Aku mesti apa?! Kenapa rasanya sesak dan menyebalkan?!' Aku mengepalkan tanganku kesal. Ingin sekali aku memukul tembok saat itu juga.
"Sudahlah.. Lebih baik kita pulang dulu.. Tenangkan dirimu dan nikmatilah gelarmu.." Hyung tiba - tiba menghampiriku. Kemudian ia merangkul dan meremas pundakku agak kencang. Aku hanya menurut dan mengangguk lemas.
Flashback
"Aku.. Ingin jadi penyanyi.."
" . . . . Penyanyi?"
"Iya.."
Suasana menjadi hening sesaat. Baekhyun duduk di ruang kerja ayahnya dengan perasaan gugup dan harap - harap cemas dengan jawaban sang Ayah yang sedang berdiri menatap ke luar jendela. Seolah - olah ia tidak mendengarkan anaknya berbicara.
"Kenapa kau ingin jadi penyanyi?" Tanya sang Ayah tiba - tiba. Wajah Baekhyun yang tadinya ia sembunyikan dibalik tekukannya, mendadak muncul.
"Karena.. Aku suka menyanyi.." jawabnya sambil berbinar - binar.
". . . . . hanya itu?" tanya Ayahnya lagi.
"me.. Memangnya harus ada alasan lain?" Baekhyun malah balik tanya.
"Kau yakin.. Mau jadi penyanyi?" Kali ini sang Ayah memutar tubuhnya dan menatap mata Baekhyun langsung. Baekhyun jadi lebih gugup dari sebelumnya. Dibanding kedua kakaknya, Baekhyun memang sedikit punya 'sindrom' jika sedang berdua dengan Ayahnya.
". . . . .N.. Ne.. Aboji.."
"Jawabanmu tak membuatku yakin kalau kau yakin mau jadi penyanyi.." sang Ayah menatap Baekhyun tajam. Seolah - olah ia ingin tau apakah anaknya serius terhadap cita - citanya.
"Di keluarga kita tak ada yang jadi penyanyi, Hyunnie.. Untuk apa kau jadi penyanyi?"
Baekhyun terdiam. Entah kenapa lidahnya terasa keluh. Ia tak bisa berkata apa - apa. Padahal sebelumnya ia sudah menyiapkan beberapa kalimat untuk ia ucapkan di depan sang Ayah.
". . . . Jika kau merasa tak yakin, lebih baik kau lupakan penyanyimu itu.. Lebih baik nanti kau mengatur managemen rumah sakit kita yang ada di Busan sana.. Ayah rasa.."
"Aku mau jadi dokter.."
". . . . Mwo??"
"Kalau begitu.. Aku akan jadi dokter.."
"Byun.."
"Akan kubuktikan pada ayah kalau aku mampu.. Jika memang kau merasa aku takkan berguna jika nanti aku menjadi penyanyi, maka aku akan jadi dokter supaya kau bisa melihat kalau aku berguna.." dengan perasaan marah Baekhyun meninggalkan ruang kerja sang Ayah dan membanting pintu dengan keras. Sang Ayah hanya menarik napas panjang dan memejamkan matanya sesaat.
Flashback end
Selama perjalanan, Aku hanya menatap keluar jendela. Entah kenapa tak ada yang spesial dari acara pelantikanku hari ini. Nuna maupun Hyung juga tak ada pembicaraan. Akupun juga terdiam. Padahal biasanya, aku selalu cerewet.
"Setelah ini.. Rencananya kau mau buka praktek sendiri atau bekerja di rumah sakit Ayah?" tanya Nuna. Aku tak menjawab. Malas membayangkan apa yang akan kulakukan setelah ini.
"Yah.. Sudahlah.. Hari ini waktunya bersenang - senang. Jangan tekuk wajahmu seperti itulah.." Hyung memperingatkan.
"Aku mau tidur saja Hyung.." Akupun segera turun dari mobil ketika kami sudah sampai dirumah.
"Baekhyun ah.."
"Nanti saja yah.. aku sedang tidak ada mood.." Aku memotong pembicaraan Ayah ketika Aku berpapasan dengannya di tuang tamu. Dengan cepat kulangkahkan kakiku dan membanting pintu kamarku sembarangan. Penat sekali rasanya hari ini.
4bulan setelah keresmianku menjadi dokter THT, sekarang aku bekerja di salah satu rumah sakit milik Ayahku di daerah Incheon. Walau baru 4bulan praktek, tapi pasienku sudah banyak. Mungkin karena mereka tau bahwa aku anak dari pemilik rumah sakit? Entahlah. Berbeda dengan dokter lain yang senang dapat pasien banyak. Entah kenapa aku justru kurang suka kalau pasienku banyak. Lebih baik yang biasa - biasa saja jumlahnya. Mungkin karena jurusan yang kupilih juga termasuk salah satu yang di perlukan? Bisa saja. Pasien disini melihatku sebagai dokter jutek. Itu menurut yang ku dengar dari beberapa perawat penggosip disini. Memangnya wajahku segitu menyebalkannya apa? -__-
Hari ini aku tidak praktek. Akupun memutuskan untuk berjalan - jalan disekitar rumah sakit. Terlihat disana ada seorang anak perempuan berusia 7tahun sedang meng-ayun- ayunkan kakinya yang menjuntai di bangku taman karena kakinya tak sampai menyentuh tanah. Gadis itu juga pasienku. Beberapa hari lagi dia akan di operasi. Tak tega juga sebenarnya. Aku yang secara tak sengaja memandang gadis kecil itu kemudian di panggilnya. Senyumnya manis sekali. Ia melambai - lambai kearahku dan menepuk - nepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya. Dengan senyum seadanya aku menghampiri gadis itu.
"Anyeong sonsaengnim.." sapanya dengan suara serak. Gadis kecil ini menderita kelainan otak yang membuatnya sulit bernapas. Sehingga lehernya harus di lubangi untuk membentuk saluran napas baru selain di hidung. Bukan itu yang membuatku tak tega. Yang membuatku tak tega ialah ia harus kehilangan pita suaranya di usia yang sangat muda. Entah dari mana itu berasal, ternyata ada tumor kecil yang hinggap di pita suaranya. Terkadang aku melihat gadis ini ingin menangis saja rasanya.
"Annyeong.." aku membalas sapaannya sambil mengusap - usap pucuk kepalanya. Nama anak ini Han Saeri.
"Sonsaengnim kenapa berada disini??" tanya Saeri dengan suara yang hampir tak terdengar.
"Umm.. Aku kemari karena mencarimu.." jawabku bohong. Ia tampak senang mendengarnya.
"Sudah kuduga.. Sonsaengnim sebenarnya baik hati.. Ga seperti perawat sini katakan.." ucapnya berseri. Aku memandangnya bingung.
"Kata perawat - perawat disini, sonsaengnim itu jutek dan dingin.. Tapi aku tak merasakan itu sekarang.." jelasnya. Aku terkekeh mendengarnya.
"Sonsaengnim.."
"hm??"
"Apa cita - cita sonsaengnim??" Aku terdiam. Entah kenapa mulutku sulit menjawabnya.
"Apa menjadi dokter itu benar - benar cita - cita sonsaengnim??" tanyanya lagi. Kali ini dengan wajah penasaran. Membuat wajahnya semakin manis.
" . . . . Sebenarnya aku ingin jadi penyanyi.." jawabku akhirnya.
"Jinjja??! Lalu, kenapa sonsaengnim menjadi dokter??" kali ini nadanya semakin antusias.
" . . . . . . Ayahku merendahkanku jika aku jadi penyanyi.." entah kenapa aku sedih dibuatnya.
"Heee??? Masa?? Cita - citaku juga mau jadi penyanyi.."
"eh??"
"Mm! Aku ingin jadi penyanyi.. Jika aku sembuh nanti, aku ingin latihan menyanyi.." ujarnya semangat. Aku makin tak tega melihatnya. Andai dia tau bahwa nanti suaranya akan serak seperti suara bajaj (?), apa reaksinya kelak???
"Kalau begitu.. Apa kau punya lagu favorit??" tanyaku. Kuharap ini bisa jadi salah satu motivatornya.
"Ada! Tapi, ap sonsaengnim tak terganggu?? Suaraku aneh begini.." jawabnya malu - malu.
"Gwaenchana.. Aku kan belum dengar.. mana kutau??" Iapun memulai nyanyinya. Walau dengan suara yang hampir habis, aku mencoba untuk tak menangis di depannya. Aku jadi malu terhadap diriku sendiri.
"Sonsaengnim bisa nyanyikan lagu tadi versi sonsaengnim ga??" tanyanya sampai terbatuk - batuk.
"ehem.. Neol chajaganda~~ chuogi bonaen tingkeobael~~ taranaseotdon Naverland~~ geu goseu naega~~ nawa barabomyeo utgo iseo nan~ yongwonhan noui piteopaen~ geu shigane meomchun ni namja~ seotuljiman~~ neomu saranghaetdon naui neoge danyeoga~~" Aku menyanyikan dan melanjutkan sedikit lirik yang Saeri nyanyikan. Kebetulan aku juga tau lagu itu. *EXO - Peterpan*
Matanya berbinar - binar. Ia bertepuk tangan keras sekali. Tersinggung senyum cerah di bibirnya.
"DAEBAAAAAKK!!!" ia berusaha berteriak walau suaranya sudah seperti tikus yang terjepit.
"Sonsaengnim! Bisakah kau berjanji padaku??" tanyanya sambil memegang tanganku.
"Janji apa?"
"Jika aku sudah selesai di operasi nanti, maukah kau menyanyi di ruang perawatanku nanti??? Akan lebih bagus jika pasien - pasien yang lain juga bisa mendengar suara indahmu itu.." Aku tak tahan melihat senyum manisnya. Bocah berambut lurus sepundak ini sudah meluluhkan hatiku. Tanpa sadar akupun tersenyum dan mengiyakan permintaannya.
"Yaksokhae?! Setiap hari ya~~" kelingking kami saling bertemu. Angin yang berhembus dan pohon rindang di belakang kami adalah saksi bisu perjanjian kami.
-----------------------------------------------------------------------------------
Baekhyun membuang napasnya panjang jika teringat akan kejadian itu.
"Janji.. Dibanding berjanji, aku lebih suka bilang 'aku akan mencoba semampuku..'" ujarnya sambil menatap ke langit dan berjalan menelusuri jalan. Sekarang ia berada di luar rumah sakit karena sedang jam istirahat. Biasanya Baekhyun akan makan di 7eleven dekat rumah sakitnya. Ia tak pernah tertarik untuk makan di kantin rumah sakitnya. Entah apa alasannya.
"Gomapseumnida.." ujar seseorang. Baekhyun yang baru saja mau masuk ke tempat makan cepat saji itu menoleh ke sumber suara.
'. . . . . . Aku bertanya - tanya.. Kenapa ia selalu disini?' batinnya. Ia seperti baru melihat seseorang yang sepertinya ia kenal.
To Be Continued~
Aneh?? emang.. mian y klo jelek.. kritik dan saranny d tunggu.. *bow