Tuesday, August 19, 2014

Sebuah Titik Balik Dalam Hidup

"Kami turut berduka ya.."
Kalimat itu akhirnya keluar dari mulut seorang berjubah putih dirumah sakit. Atau biasa di panggil, 'dokter'.
Ia berkata, waktu kematian menunjukkan sekitar pukul 01.55 pada tanggal 19 Agustus 2013.
Lemas...
Kaget...
Tak percaya...
Shock...
Histeris...
Hanya itu yang dapat kulakukan setelah dokter berkata begitu.
Sebenarnya, Aku tak begitu paham kejadian detik - detik Ibuku 'diambil' Tuhan, dikarenakan Aku sedang dipeluk oleh seorang suster yang memang sudah mengenalku dan Ibuku kala itu.
Hingga akhirnya keluargaku datang dan membawa mayat itu kerumah, yang langsung disambut uluran tangan oleh teman - teman tercintanya.
Hingga akhirnya, setelah kepergiannya, barulah kehidupanku yang 'sesungguhnya' dimulai.
Aku menulis ini, semata - mata hanya karena rindu dan kagum akan sosok Ibuku yang Wonder Woman.
Mungkin, jika dibandingkan dengan perjuanganku sekarang, berbeda jauh dengannya yang 'berperang' melawan kanker payudara selama kurang lebih 3tahun.

Ma.. 3hari dirimu pergi 'meninggalkan' Rumah ini, tak ada waktu untukku menggalaukan dirimu.
Tak seperti anak - anak lain yang masih dalam suasana sedih dan duka. Aku malah harus mengurus surat - surat dan dokumen rumah sakit untuk pengobatan Kakek yang juga akhirnya menjadi Survivor sepertimu.
Walau baru pertama kali merasakan rasanya mengurus dokumen pengobatan, entah kenapa itu sama sekali tak membuatku sulit. Mungkin karena beberapa kali kau pernah ajarkan itu padaku. Jadi sekarangpun, Aku sudah tak begitu canggung lagi melakukannya.

Ma.. Tau gak??
Aku pikir, radiasi hanya sekedar datang, tunggu panggilan, masuk ruangan dan pulang.
Ternyata tidak ya??
Setiap 5x radiasi, harus konsul dokter dulu. Kemudian cek darah. Begitu seterusnya hingga batas maksimal radiasi yang diberikan dokter sampai selesai.
Untungnya, Kalian cuma 30x radiasi. Kau tau?? Pernah sekali, aku bertemu pasien yang sampai harus 70x radiasi. Bahkan, katanya bisa ditambah kalau - kalau kanker itu sama sekali belum ada perubahan.
Aku bersyukur. Tubuh kalian kuat dan terlihat segar selama radiasi berlangsung. Karena jika Aku bertemu pasien yang juga akan radiasi, tubuh mereka kebanyakan kurus kering tak berdaging. Bahkan pakai kursi roda karena tak kuat berjalan.

Ma.. Dulu Aku hanya tau menjengukmu ketika kemo. Aku tak pernah tau, kalau ternyata kau merasakan 'siksaan' yang teramat sakit.
Pertama kali melihat Kakek kemo, mula - mula aku tak tega. Berhubung Kakek juga sudah berkepala 7, tak sanggup jika Aku harus melihat tubuh kecil dan kering itu harus diserang dengan panasnya kemo.
Bermodal 'melanjutkan' semangatmu yang dulu berkobar, Kakekpun mulai kemo. Walau memang harus muntah - muntah, diare, ataupun kejang - kejang karena efek kemo yang berkepanjangan. Sampai saat ini, Kakek bahkan sudah menjalani 6x kemo.

Ma.. Dulu Aku pikir, mengantar dan mengurus sekolah adik itu mudah. Rupanya agak susah juga kalau waktunya mepet.
Pernah suatu waktu, Aku harus mengantar Nenek ke pasar pada pagi hari. Siangnya mengantar Kakek ke rumah sakit. Sorenya, Aku kebut motorku untuk mengambil rapot Adik ke sekolahnya. Lelah rasanya. Aku tak pernah tau, kalau ternyata selama hidup, kau merasakan lelah seperti itu setiap hari. Yang Aku tau, Kau hanya keluar, keluar, keluar, dan keluar. Setelah kurasakan, barulah Aku mengerti. Kenapa setiap pulang dari sebuah perjalanan keluar, Kau selalu tertidur pulas karena keletihan. Maafkan Aku, Ma..

Ma.. Dulu sebelum meninggal, Kau memintaku untuk kuliah kan?? Pesanmu hampir kuwujudkan, Ma.
Iseng - iseng mencoba ujian SBMPTN tahun ini, tak di sangka - sangka ternyata Aku dapat di Kampus idamanku yang dulu sempat kita ributkan. Aku diterima di Universitas Sam Ratulangi, Manado jurusan Kehutanan Ma. Senang bukan kepalang ketika Aku melihat pengumuman di website dengan tulisan awal 'Selamat'.
Namun ternyata, justru disinilah awal Aku susah Kuliah, Ma.
Mama tau?? Paman sama Papa 'bertengkar'. Mereka seolah - olah ingin 'memperebutkan hak asuh' untuk kuliahku. Masing - masing dari mereka keras kepala dengan alasan mereka sendiri. Membuatku pusing dan tak dapat berpikir jernih. Ah.. Lebih seru kalau Aku ceritakan langsung padamu. Bagaimana 'sidang isbat' untuk penentuan kuliahku.
Aku stress Ma..
Down..
Depresi..
Pikiran bercabang...
Semuanya jadi 1!
Seketika, Aku langsung rindu pelukanmu ketika Aku tak dapat di IPB dulu...
Seketika, Aku langsung rindu elusanmu sambil berkata 'gak papa'...
Seketika juga, Aku langsung berharap kau ada disisiku untuk menenangkanku...
Akhirnya, Aku memilih pilihan yang sulit, Ma..
Aku memutuskan untuk tidak pergi ke Manado dan terus mengurus Kakek disini...
Aku memilih itu, untuk menjaga supaya Papa dan Paman tak bertengkar...
Aku juga memilih itu, karena tak ada satupun solusi untuk pulihan 'siapa yang merawat Kakek kelak jika Aku pergi'...
Berat...
Sedih...
Tak rela...
Kesal...
Semuanya bercampur aduk jadi satu...
Sampai sekarang, entah kenapa Aku masih belum tau, pilihanku untuk tidak pergi ke Manado sudah benar atau belum.. Ma.. pilihanku sudah benar belum?? Gak jadi kuliah di Manado?? Kalau orang - orang memilih UI, ITB, atau IPB sebagai kampus idaman, Aku malah memilih UNSRAT. Alasanku memilihpun lucu.
'Karena Aku ingin melihat Bunaken'. Padahal tinggal selangkah lagi, Aku bisa melihat Bunaken, Ma.. Kenapa malah begini, Ma??? Andai Kau masih ada disini, mungkin Kau akan berkata,
'pergilah... Biar Mama yang menjaga Kakek...'. Aku gamau nyesel Ma. Pilihanku udah tepat apa belum?? :'(

Ma.. Setahun tanpa dirimu, baru terasa berat untukku sekarang.
Mungkin terdengar telat. Tapi memang itulah yang kurasakan sekarang.
Aku yang seumur - umur hampir tak pernah menangis karena hal sepele, sekarang malah Aku jadi lebih sering menangis dalam diam.
Maafkan Aku kalau dulu Aku suka melawan...
Maafkan Aku kalau dulu Aku suka tak mendengarkan perkataanmu...
Tapi...
Tolong jangan kau masukkan kehati soal pertengkaran kita selama ini. Biar bagaimanapun, Anak dan Orangtua juga bisa punya hubungan yang unik. Kita sering bertengkar, supaya terlihat beda dari yang lain.. Ya gak??? Hehehehe

Ma.. Kau tau?? Gara - gara tidak jadi ke Manado, akhirnya Aku putuskan untuk mengambil ujian PTN lagi.
Aku bukannya tak ingin masuk PTS, atau Aku menganggap sebelah mata PTS. Gak sama sekali.
Aku selalu mengambil PTN, untuk meringankan beban biaya Kakek dan Nenek.
Aku juga tak ingin dilecehkan dan dibandingkan terus dengan Adikku.
Mungkin nilai akademikku tak sebagus Adikku. Tapi Aku tak mau dilecehkan dengan omongan
'dapet PTN aja udah rejeki'.
Aku juga ingin buktikan. Walau tanpa orangtua 'satu - satu'nya, Aku juga bisa mandiri dan berprestasi seperti yang lain.
Yah walau memang pada akhirnya, ternyata rezeki ku cuma ada di SBMPTN.
Aku ikut ujian UMBPT dan PENMABA UNJ untuk tahun ini. Namun dua - duanya tidak ada yang diterima.
Sedih sebenarnya. Aku sempat menangis sesaat ketika tau kalau aku lagi - lagi tak bisa kuliah.
Kalaupun ke swasta, Aku yakin sudah tidak bisa. Karena biasanya, semester awal mulai pada bulan september. Mau tak mau, mungkin aku harus coba lagi tahun depan yang kemungkinan akan seangkatan dengan Adik.
Ah.. Aku tak peduli jika memang harus seangkatan dengannya. Memang ada yang salah?? Yang jelas, Aku bisa mewujudkan keinginanmu dulu sebelum meninggal.

 Ohiya Ma.. Dulu Mama sempat bilang, cita - cita Mama mau jadi guru ya?? Nampaknya itu bisa kuwujudkan Ma.. Sekarang, Aku mulai mengaplikasikan les Jepangku selama ini. Sudah 6bulan ini Aku menjadi guru B. Jepang di salah satu tempat kursus di dekat SMAku dulu Ma. Hanya saja, berhubung tempat itu masih kursus kecil - kecilan, muridku baru satu Ma. Aku cuma mengajar selama kurang lebih 4bulan. Dikarenakan muridnya tidak mau melanjutkan kursus karena kebetulan dia sudah kelas 2sma. Jadi, sekarang, Aku masih nganggur dengan kegiatan yang sama seperti dulu. Mengantar jemput Nenek dan Kakek. hehehe

Hari ini, tepat 1tahun kepergianmu, Aku ingin mengucapkan,
Aku kangen Mama...
Aku kangen kencan sama Mama...
Aku ingin mengajak Mama keliling - keliling kampusku suatu saat nanti...
Ma...
Kenapa kau pergi begitu cepat???
Katanya, Mama ingin melihatku memakai toga??
Katanya, Mama ingin melihat calon menantu Mama???
Katanya, Mama ingin punya 8cucu???
Aku sadar, kalau Aku tidak boleh menyalahi takdir...
Tapi...
Aku tak bisa membohongi diriku sendiri, kalau Aku merindukanmu, Ma...
Kumohon...
Datanglah dalam mimpiku sesekali...
Aku rindu pelukan hangatmu, Ma...
Semoga setelah setahun kepergianmu, Aku jadi makin banyak belajar, dan terus menjadi anak yang mandiri...
Karena Aku percaya...
Kau akan selalu mengawasiku dari Sana...

I Love You, Ma...