Wednesday, March 7, 2012

Am I Cinderella? - Oneshoot

Cast : - Jung Ilyeon

- Lee Hyukjae

- Choi Siwon

- Lee Taemin

- Lee Jeonmi

- Cho Sangrim

- Han Youngjun

Nikmati saja yah.. ini yang ada d otak gue tuh soalny sesuatu bnget.. tiba – tiba masa kepikiranny cerita bginian,, -.- enjoy yaah..

Semilir angin musim gugur menerpa wajahku. Dedaunan yang rontok semakin menghiasi taman yang hampir seluruh jalanannya menjadi coklat. Aku terduduk ditaman belakang kampus. Tempat biasa orang – orang berpacaran. Kali ini banyak pasangan yang sedang berfoto – foto ditengah – tengah dedaunan ataupun disekitar pohon. Terkadang suka senyum – senyum sendiri melihatnya.

“musim gugur kali ini agak beda..”gumamku pelan sambil mendongahkan kepala ke langit. Langit tampak biru hari ini.

“heh! Ngapain ngeliat langit ampe segitunya??” tiba – tiba muncul sebuah muka tepat diatas kepalaku. Suaranya terdengar galak dan wajahnya sedikit minta ditampar.

“minggir kau! Mengganggu!” usirku sambil mengeplak kepalanya pelan.

“kalo mau lihat langit, lebih baik ketempat biasa saja.. selagi lagi bagus langitnya..” katanya sambil duduk disebelahku dan ikutan menatap langit. Entah kenapa kami suka sekali hal seperti ini. Bahkan jika malam tiba, kami akan menghabiskan waktu diteras rumahku jika malamnya sedang bagus. *ini pdhl gue lg dengerin sakura biyori.. knp jadi gugur yah?? Ngelenceng sumpah.. -.-v*

“eh eh.. Ilyeon lewat tuh..” katanya sambil menyenggol sikutku. Aku menatapnya bingung.

“bodoh.. itu orang yang selalu kau perhatikan.. tuh..” katanya sambil memajukan kepalanya. Aku menatap lurus. Mataku sedikit terbelalak. Mulutku agak menganga.

“dia.. cantik yah..” gumamku pada orang yang ada disebelahku. Aku menatap gadis berkacamata dengan rambut sebahu sedang bergumam dan bercanda sambil membahas buku yang baru dibaca dengan seorang lelaki tampan dan berbadan besar disebelahnya.

“sayang dia sedang sama pacarnya sih.. kalo sendiri, mungkin kamu bisa deketin dia..” katanya dengan nada agak kecewa sambil memukul bahuku pelan. Aku hanya tersenyum miris.

“mereka perfect match yah.. Choi Siwon itu anak pemilik mall terbesar.. sedangkan Jung Ilyeon katanya akan menjadi penerus dari designer terkenal Stephanie Hwang.. ckckck.. kalo mereka benar – benar akan menikah nanti, 7turunan pasti akan bahagia..” lanjutnya dengan tatapan kosong.

“Stephanie Hwang??” tanyaku dengan wajah ga yakin.

“kau gatau?? Ilyeon itu kan anaknya.. adik dari Jung Jessica.. anak politikus terkenal Jung Yunho..” jawabnya dengan mulut yang sedikit monyong. Aku terdiam. Mulutku menganga.

“kakak artis.. ibu designer.. ayah politikus.. lengkap sudah.. sedangkan aku hanya anak dari seorang pegawai swasta dan ibu rumah tangga yang mendapatkan beasiswa di universitas ini..” ucapku miris. Kami membuang napas dengan berat bersamaan.

“dari awal kita salah ambil universitas kayanya yah..” orang yang disebelahku ini mengeluh. Seorang gadis yang juga menggunakan kacamata dengan rambut yang juga sebahu. Sayang miliknya agak keriting dan dandanan yang sedikit berantakan. Tetangga yang sekaligus teman dekatku.. Cho Sangrim.

“sudah ga usah ngeluh.. kan kamu sendiri yang bilang.. orang – orang yang disini rata – rata masuk karena status keluarga.. sedangkan kita dengan otak yang murni.. jadi kita harus bisa mengalahkan mereka kan??” kataku menyemangati sambil merangkulnya. Tersungging senyum dibibirnya. Aku membalasnya dengan tatapan sedikit jahil.

“dia lewat sini.. cepat rapikan rambutmu!” tiba – tiba segerombolan 4orang wanita lewat dan berhenti di depan kami sambil sibuk merapikan rambutnya.

“mereka kenapa??” tanyaku pada Sangrim yang sedang mencari sosok yang wanita – wanita itu maksud. Sangrim hanya menggeleng tapi wajahnya serius mencari sosok itu. Aku jadi bingung sendiri dan ikutan mencari.

“sshht… sebentar lagi lewaaat…” heboh salah satu dari mereka. Aku hanya menyiritkan keningku kesal. Kesal karena berisik dan kesal karena aku tidak berhasil juga menemukan sosok itu.

“heh! Siapa sih yang mau lewat??” tanyaku berbisik penasaran pada Sangrim. ia tidak menggubris. Hanya menatap penuh harap dari belakang gadis – gadis itu dan wajahnya sedikit memerah.

“ini anak kenapa pula?!” dengusku kesal. Para gadis itu heboh sendiri. Sedangkan Sangrim tetap memasang wajah hopelessnya. Orang itu akhirnya lewat. Pria berkacamata dengan tubuh tegap dengan wajah yang lumayan tampan tersenyum ramah pada segerombolan gadis yang ada di depan kami. Ia tidak menyapa Sangrim. padahal sepertinya ia juga melihat Sangrim.

“kok dia ga senyum juga ke kamu??” tanyaku dengan nada sedikit kesal.

“biarkan dia Hyuk.. biarkanlah ia berlalu bagai jatuhnya dedaunan yang diterpa angin pagi.. toh.. aku akan tetap menjadi musim dingin yang mengharapkan daunnya ada sisa satu di pohon..” jawabnya sambil melihat pria itu pergi menjauh.

“yah puitisnya nyala.. susah deh nih.. ==” batinku ngedumel. Tiba – tiba keadaan menjadi sepi. Segerombolan gadis itu telah pergi. Aku terus menatap temanku ini yang masih memerhatikan jalan yang dilalui pria tadi.

“kau suka padanya?? Dia kan sedang jadi gosip dikampus..” tanyaku memancing. Sangrim menoleh. Wajahnya tampak terkejut dan semburat merah itu masih terlihat. Malah makin jelas.

“kau gatau?! Itu kan Han Youngjun.. putranya Han Junshik..” kataku santai.

“ . . . . APAAAAA?!!!! PUTRA PEMEGANG SAHAM TERBESAAAAR??!!!” teriaknya dengan wajah yang menyebalkan. Aku langsung menyekap mulutnya. Beberapa orang langsung melirik kearah kami termasuk Ilyeon.

“maaf.. maaf..” maafku sambil menundukkan kepala berulang – ulang kepada orang – orang yang melihat kami kesal.

“kau jangan membuatku malu dong! Iya.. itu anaknya..” kesalku sambil melepas sekapan mulutnya.

“pantas.. sama – sama tampan..” ucapnya polos. Tapi wajahnya merah. Aku tertawa geli melihatnya.

“kau bodoh yah.. suka sama orang tapi gatau namanya.. dia jadi gosip karena kabarnya, setelah tamat kuliah, ia akan dijodohkan dengan seseorang disini.. tapi siapa orangnya, masih belum ketauan..” jelasku hati – hati. Aku gamau liat wajah sedihnya. Menyebalkan.

“wajar kok.. anak orang kaya kan memang biasanya gitu.. dijodohin supaya keturunan mereka juga bahagia dan ga susah.. aku yakin itu juga bukan aku pastinya.. dia ngelirik aku aja engga..” katanya dengan nada datar. Aku jadi bingung menanggapinya.

“kau ini payah.. kenapa ga dideketin coba?!” kataku memberi usul.

“apa bedanya denganmu?! Kita ini tuh sama2 pabbo tau ga?! Naksir orang tapi gatau asal usulnya..” cerewetnya sambil menepukku. Kami tertawa renyah. Seperti orang bodoh memang.

“tapi katanya, dia masuk jurusan sastra jepang loh.. *klo aslinya mah pasti gabakalan mungkin..*” kataku memberi peluang kepadanya.

“hmm… eh iya ya?! Dia itu selalu sekelas denganku kalo lagi ada mata kuliah linguistik! Kenapa aku baru ingat ya???” ingatnya dengan mata terbelalak dan menepuk jidat. Aku mendengus kesal.

“ini mah beneran pabbo namanya! Teman sekelas aja ampe lupa!” sindirku. Ia hanya tertawa bego.

“kalo Ilyeon sama Siwon malah katanya beda jurusan.. Ilyeon di design, Siwon diseni..” katanya sambil menatap langit dan kakinya menjuntai.

“yah.. design sama seni mah masih masuk.. gada hubungannya sama sekali sama sastra inggris.. *biar inggrisny pinter dikit –-v*” ucapku pasrah. Tiba – tiba ia menatapku agak sedih dengan sedikit senyum miris.

“tapi aku bingung.. Youngjun pasti nanti akan jadi penerus ayahnya kan?? Kenapa masuk sastra jepang?? Bukannya bisnis..” tanyanya membuka topic.

“mau ketemu kamu kali..” kataku menggodanya. Ia memukulku dengan wajah merahnya yang tiba – tiba muncul. Aku hanya tertawa.

“aduh kau ini.. dia kan ambil 2jurusan.. katanya peminat saham ayahnya banyak yang dari jepang.. jadi dia ambil jurusan bisnis dan sastra jepang..” jelasku dengan wajah meledek.

“kalo gitu kenapa bahasa jepangnya ga les aja?? Hidup udah simple kenapa suka banget dibikin ribet??” katanya protes. Aku paling kesal kalo dia bilang gitu. Mukanya pasti bakalan nyolot.

“kebanyakan duit..” ucapku datar. Ia tertawa lebar.

“Ilyeon udah pergi yah?? Ke kantin yuk! Aku lapar..” katanya sambil mengajakku manja. aku mengangguk dan berdiri menggandeng tangannya.

-------------- ------------ ------------

Hyukjae dan Sangrim langsung menemukan tempat kosong. Kantin hari ini sedang tidak ramai dikarenakan cuaca yang dingin. Para mahasiswa banyak yang lebih cepat pulang. Biasanya kantin itu ramai pengunjung hingga sesak. Mereka duduk ditempat yang agak kepojok.

“kau pesan makanan gih!” perintah Sangrim sambil duduk manis ditempatnya.

“iya iya.. cerewet kau.. kau mau makan apa??” Tanya Hyukjae ramah.

“roti isi keju dan susu..” jawab Sangrim dengan mata berbinar – binar.

“udara diluar dingin.. kenapa ga makan nasi??” tawar Hyukjae dengan wajah sedikit cemas.

“gamau! Kan katanya kau nanti mau mengajakmu makan ketempat kau biasa makan kan?? Kalo sekarang aku makan nasi, nanti aku kenyang dan gabisa makan bareng kamu dong~~” Sangrim membalasnya dengan wajah *sok* imutnya. Hyukjae tertawa geli dan mengacak – acak rambut Sangrim. Sangrim mendengus dan bibirnya manyun. Hyukjae langsung melesat menuju tempat pemesanan makanan.

“permisi.. boleh kami ikut bergabung??” Tanya seseorang ramah. Sangrim yang bengong langsung tersentak.

“ah.. boleh kok.. kebetulan juga aku Cuma berdua ma temanku..” jawab Sangrim ramah.

“tapi kami berempat.. boleh yah??” ia memastikan lagi. Sangrim mengangguk mantap dan tersenyum ramah. Lalu orang itu menaruh makanannya diatas meja dan bergegas memanggil temannya yang lain. Sangrim sabar menunggu sambil memainkan handphonenya.

“maaf ya mengganggu..” maaf salah satu dari mereka ketika sampai ditempat Sangrim. Sangrim berhenti memainkan handphonenya dan matanya terbelalak.

“kalo makan berempat aja kayanya sepi.. makanya aku nyari teman.. biar lebih ramai aja.. hehe.. aku Lee Jeonmi..” salah satu dari mereka memperkenalkan diri.

“Cho Sangrim..” Sangrim memperkenalkan dirinya juga.

“ini sepupuku.. Lee Taemin.. ini Jung Ilyeon dan itu pacarnya, Choi Siwon..” Jeonmi memperkenalkan orang – orang yang ada disampingnya. Sangrim membungkukkan kepalanya sedikit sambil tersenyum.

“high class..” batinnya malas.

“maaf lama.. ini pesa..” kata – kata Hyukjae terputus ketika melihat ternyata dimejanya menjadi ramai.

“ah.. mianhae Hyukjae ah.. mereka katanya ingin ikut bergabung.. kita kan Cuma berdua, gapapa yah?? Oh iya.. kenalkan.. ini temanku, Lee Hyukjae..” Sangrim memperkenalkan Hyukjae dengan semangat. Hyukjae membungkukkan kepalanya sedikit dan matanya terlihat agak kaget karena seseorang.

“Ilyeon..”

“Choi Siwon..”

“Lee Jeonmi..”

“Lee Taemin..”

Mereka masing – masing memperkenalkan diri mereka ramah.

“kalian deket banget deh.. pacaran yah??” Tanya Jeonmi membuka topic ketika Hyukjae telah duduk ditempatnya. Hyukjae dan Sangrim saling pandang dan tertawa.

“engga kok! Kami tetanggaan dan sudah berteman lama..” jawab Sangrim ramah. Suasana kantin yang sepi menjadi sedikit ramai karena obrolan dan tawa mereka. Disaat yang sama sesekali Hyukjae mencuri – curi pandang kearah Ilyeon *eeeaaaa*.

“aahh…… seandainya dia sendiri..” batin Hyukjae kecewa.

“anu.. chogiyo.. Ilyeon sshi..” tegur seseorang tiba – tiba. Taemin, Jeonmi, Ilyeon dan Siwon menoleh kearah suara itu kecuali Hyukjae yang ngedumel mienya diminta Sangrim.

“ah?? Oh kau.. kenapa??” Tanya Ilyeon ramah.

“mm.. temanmu kan banyak.. kau punya kenalan di kelas sastra jepang ga??” Tanya orang itu penuh harap.

“ah?? Wah kalo itu engga.. kenapa memangnya??” jawab Ilyeon polos. Orang itu membuang napasnya.

“yaaah.. gapapa sih.. ada yang mau aku tanyakan.. ada pelajaran yang aku ga ngerti.. 2minggu lagi kan kita uts..” keluh orang itu dengan wajah kecewa. Ilyeon tersenyum. Ia tau kalo orang itu nanya sama salah satu teman sekelasnya, pasti ga aka nada yang mau ngajarin.

“katanya aku disuruh cari anak yang bernama Cho Sangrim.. tapi aku gatau yang mana anaknya..” lanjut orang itu sambil menatap Ilyeon pasrah.

“UHUK UHUK!!” tiba – tiba Sangrim tersedak ketika meminum susunya.

“ya!? Wae yo?? Gwaenchana?!” Tanya Hyukjae panic. Ilyeon langsung memberikan tisu yang ada didekatnya.

“g.. gomawo.. uhuk..” Sangrim menerimanya sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Sangrim memerhatikan orang yang daritadi akrab dengan Ilyeon.

“aduh kenapa begini????!” kesalnya dalam hati. Orang itu memerhatikan Sangrim agak lama.

“kayanya aku pernah liat kamu.. kau bisa ajarkan aku bahasa jepang??” tanyanya penuh harap. Sangrim mengangguk. Wajah hopeless orang itu berubah sumringah dan langsung berlari ke tempat duduk Sangrim. ia duduk tepat disebelah Sangrim.

“ngerti pelajaran linguistik ga?? Identifikasi partikel??” tanyanya dengan agak semangat. Sangrim lagi – lagi menangguk. Orang itu dengan semangat membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku.

“eh eh.. dia beneran ngerti bahasa jepang??” Tanya Siwon berbisik pada Hyukjae memastikan.

“jelas.. dia anak sastra jepang.. ini anak yang dicarinya..” jawab Hyukjae juga berbisik.

“oh?! Ini?! Kukira Sangrim kelasku.. makanya aku agak bingung.. hehe..” Siwon agak terkejut. Hyukjae hanya memasang wajah manyunnya.

“apa yang kamu ga ngerti??” Tanya Sangrim. orang itu tidak menjawab dan langsung menunjuk kalimat yang ia maksud.

“aah.. ini partikel apa??” Sangrim Tanya lagi sambil menunjuk salah satu huruf.

“kok malah nanya aku?!” orang itu membalasnya agak ketus.

“kenapa memangnya?? Kalo gabisa jawab ya gapapa sih..” Sangrim membalasnya santai. Orang itu tersentak.

“ni..” jawabnya singkat. Sangrim menyiritkan keningnya bingung. Lalu ia menunjuk huruf yang lain.

“wo..” jawab orang itu mantap. Sangrim membelalakkan matanya. Lalu ia membuka halaman buku itu agak keras. Kemudian menunjuk salah satu huruf lagi.

“apa lagi sih?! Itu he!” jawab orang itu kesal. Sangrim menganga.

“jangan marah – marah kalo pelajaran dasar aja masih gabisa!” ucap Sangrim ketus. Yang lain jadi kaget. Kemudian ia mengambil file dari tasnya dan sebuah pensil.

“huruf hiragana ada berapa??” Tanya Sangrim dingin.

“25..” jawab orang itu agak takut. Sangrim makin kaget.

“kemana aja kamu selama ini?? Pelajaran segini dasar kamu gatau?! Hiragana tuh ada 46 huruf! Otomatis katakana kan juga 46.. totalnya berapa??” kali ini suaranya agak meninggi.

“se.. Sembilan puluh dua..” orang itu makin takut.

“tulis huruf hiragana ataupun katakana yang kau ingat disini.. kalo setengahnya kau hapal, kuanggap kau memang sudah bisa baca..” perintah Sangrim.

“berarti 46 huruf??” Tanya orang itu memastikan.

“yup.. 23 hiragana dan 23 katakana.. aku tunggu 10menit.. dimulai dari sekarang!” Sangrim memukul meja kantin agak keras.

“kok dia jadi seram gitu???” Tanya Ilyeon agak takut pada Hyukjae.

“itulah dia..” jawab Hyukjae sambil menahan tawa.

“udah nih..” orang itu memberikan kertas itu pada Sangrim takut – takut. Sangrim melihat hasil itu dengan santai.

“apaan nih?! Bahkan 30huruf aja ganyampe!” ketus Sangrim sambil membuang kertas itu.

“heh! Kau mau ajarin aku ga sih?!” Tanya orang itu galak. Sangrim memberikan filenya dan menunjuk beberapa huruf katakana.

“mau kok.. kau harusnya bersyukur mau aku ajari.. kalo kamu minta sama perempuan lain, mungkin mereka lebih memilih menatapmu daripada mengajarimu..” jawab Sangrim santai. Orang itu terdiam.

“tepat sasaran..” Hyukjae bergumam pelan.

“ja.. kono kotoba wo yomimasuka??*” Tanya Sangrim serius. Orang itu terdiam. Sangrim semakin menatapnya.

“hai..” jawabnya.

“kono kotoba to iu koto, watashi no namae.. ja, atashi no namae wa, dare desuka??**” Tanya Sangrim lagi sambil menunjuk huruf yang dimaksud. Orang itu berpikir keras.

“c.. Cho..” jawabnya agak takut. Sangrim mengangguk.

“Cho.. Sa.. San.. Ri.. Mu..” orang itu melanjutkan dengan takut dan terbata – bata. Sangrim tersenyum puas.

“anata no namae wa, Cho Sangrim, desu ne??***” Tanya orang itu memastikan. Sangrim mengangguk mantap.

“kalo huruf yang kecil ini jadi besar, dibacanya apa??” Sangrim ngetes lagi.

“yo??” orang itu memastikan. Sangrim mengangguk. Kemudian ia mengeluarkan beberapa buku dari tasnya.

“mau aku ajari kan?? Bukumu yang ini aku sita.. kau pelajari dulu yang ini..” katanya sambil mengeluarkan buku ‘cara menulis huruf hiragana dan katakana’. Orang itu mendengus kesal.

“kenapa harus disita?!” Tanya orang itu ga terima.

“berisik! Huruf belum semuanya hapal aja mau belajar yang susah! Kalo kau mau, datanglah ke perpus setelah kau berhasil mengingat huruf – huruf itu..” jawab Sangrim ketus. Hyukjae tersenyum puas. Sangrim beranjak dari tempat duduknya.

“aku bisa menjamin hari ini kau bisa hapal ke 92huruf itu.. kalopun masih tidak bisa, aku bisa jamin kau hapal 50.. ganbatte ne! Han Youngjun..” ucapnya sambil tersenyum jahil dan menepuk pundak Youngjun.

“ditantang ya??” Jeonmi buka mulut. Ia asik memerhatikan kedua orang yang daritadi sama – sama nyolot gara – gara sebuah huruf.

“dia serius mau ngajarin tuh..” Ilyeon tersenyum jahil. Youngjun berpikir keras.

“ah iya! Kenapa aku baru inget yah?? Dia kan yang biasanya dapat nilai tertinggi kalo ada quiz dadakan! Ah itu anaknya??! Sering sekelas kenapa baru ingat yah??” Youngjun membelalakan matanya dan menatap Ilyeon heran.

“yah samaan dah begonya.. -.-“ batin Hyukjae malas.

“yasudah.. Ilyeon sshi! Terimakasih yah!” Youngjun membereskan buku yang diberikan Sangrim dan beranjak dari tempat duduknya.

“eh?! Kau sudah mau pulang??” Tanya Ilyeon.

“aniyo.. aku mau ke perpus.. kalo bukuku ada di dia, nanti aku gabisa belajar buat uts..” jawab Youngjun sambil berjalan agak cepat menyusul Sangrim. Ilyeon mengangguk. Hyukjae tertawa puas.

“kau kenapa??” Tanya Ilyeon heran.

“ah gapapa.. hahaha.. kesempatan dalam kesempitan itu selalu ada yah buatmu.. bodoh.. hahaha” ucap Hyukjae sambil tertawa – tawa. Ilyeon masih bingung.

“ah kau masa ga ngerti?? Sangrim itu suka sama Youngjun..” terka Siwon sambil melirik jahil kearah Hyukjae.

“bingo!” Hyukjae memberikan jempolnya.

“daritadi juga udah keliatan..” ucap Jeonmi dan Taemin bersamaan.

“kok aku ga ngeh yah??” Ilyeon menggaruk – garuk kepalanya.

“payah kau.. hahaha.. eh.. maaf.. itu..” tawa Hyukjae terputus. Ia menunjuk bibirnya sendiri.

“apa??” Tanya Ilyeon bingung. Hyukjae mengambil tisu.

“maaf yah..” katanya sambil mengelap noda di mulut Ilyeon. Ilyeon terhentak kaget.

“kau makan kenapa masih kaya anak kecil sih?? Hihihi” Hyukjae tertawa geli.

“liat aja.. aku suka ga ngeh loh kalo dia makan berantakan..” Siwon mengecek wajah gadisnya dan mengelap sisa – sisa tisu yang tertinggal di bibir Ilyeon dengan telapak tangannya.

“gomawo..” ucap Ilyeon pada kedua pria yang membersihkan mulutnya.

“ternyata dia ga seperti yang aku bayangin..” batin Ilyeon. Tanpa sadar tiba – tiba wajahnya memerah.

“eh tapi, itu gapapa?? Hari sebentar lagi gelap..” ucap Taemin cemas.

“maksudmu Sangrim?? gapapa.. aku akan menungguinya.. lagipula kalo dia gada, aku nanti pulang sama siapa??” kata Hyukjae dengan wajah polosnya.

“dia emang suka ke perpus atau apa?? Aku selalu ke perpus tapi kok ga pernah liat dia??” Tanya Ilyeon dengan senyum manisnya.

“kau baca dibagian buku apa?? Kalo mau nyari dia, datanglah kedaerah yang agak ‘forbidden’.. nanti kau langsung temuin dia deh..” jawab Hyukjae sambil menahan tawa. Ilyeon menyiritkan keningnya bingung.

“forbidden??” Ilyeon makin ga ngerti.

“baiklah.. sebentar lagi gelap.. ayo kita pulang..” ajak Siwon sambil menarik tangan Ilyeon pelan. Ilyeon tersenyum dan mulai beranjak dari tempat duduknya. Hati Hyukjae agak terenyak melihat pemandangan yang ada didepannya.

“kami duluan ya..” pamit Jeonmi pada Hyukjae.

“oke.. hati – hati yah..” Hyukjae melambaikan tangannya singkat pada keempat teman barunya. Hatinya makin terenyak melihat Siwon yang merangkul Ilyeon pergi.

“biarkan ia pergi bagai dedaunan yang jatuh dan diterpa angin sore.. aku akan tetap menjadi musim dingin yang selalu mengharapkan ada daun yang tersisa satu dipohon..” gumamnya sambil menghela napas panjang.

“ternyata benar yah.. kesempatan dalam kesempitan itu selalu ada..” bisiknya pada diri sendiri dan tersenyum miris.

---------- -------------- ---------- -------

Pukul 8malam..

“YAH CHO SANGRIM!! CEPAT KELUAR KAU!! AKU SUDAH HAMPIR MATI BEKU DILUAR MENUNGGUMU!!” teriakku dari luar perpustakaan. Perpus memang selalu buka sampai malam. Karena kadang masih ada mahasiswa malam yang ke kampus.

“jangan berisik! Ini perpustakaan! Tau?!” tegur salah satu penjaga perpus yang terganggu karena suaraku tadi.

“masa bodoh! Sekarang yang aku ingin hanyalah, makhluk yang bernama Cho Sangrim harus segera keluar!!” bentakku pada si petugas. Aku sudah benar – benar kesal. 3.5 jam aku dibuatnya menunggu diluar.

“lebih baik kau masuk saja kedalam! Berisik sekali teriak – teriak begitu!” di petugas juga tak kalah kesal rupanya. Belum masuk ke perpus, handphoneku bordering.

“bagus.. kau baru nelpon yah.. habis kau sama aku sekarang!” ucapku menyeringai melihat contact name yang menelponku ternyata Sangrim. aku langsung menekan tombol hijau dan marah – marah.

“KELUAR KAU!! AKU MENUNGGUMU DILUAR PERPUS!!” bentakku dengan suara agak meninggi.

“lah?! Jangan marah – marah kek! Aku sudah digerbang nih! Kau kemana?!! Sudah dari setengah jam yang lalu aku menunggumu..” jawabnya dengan nada agak sedih.

“hah??” aku jadi bingung.

“jangan bilang kau gabaca smsku yah?? Aku kan udah sms kamu dari setengah jam yang lalu..” nada Sangrim mulai agak nyolot. Aku menyingkirkan handphone dari telingaku dan melihat kelayar handphone. Ada tanda sms masuk.

“aduh..” gumamku takut. Dengan ragu – ragu aku menempelkan kembali handphone ke telingaku.

“iya.. ada sms kok.. ehehehehe..” kataku sambil nyengir kuda.

“KAN?! CEPAT KESINI KAU!! AKU MENUNGGUMU DI GERBANG!!” amuknya dengan suara meninggi dan menutup telpon.

“aduh.. bahaya nih kalo tiap hari aku ga baca smsnya dan dia marah – marah gitu.. bisa – bisa telingaku budeg karena suaranya!” keluhku sambil menaruh hanphone disaku ku dan berjalan menuju gerbang kampus.

“Hyukjae sshi!!” panggil seseorang dari belakang. Aku menoleh. Mataku dibuat membulat.

“I.. Ilyeon?!” kagetku ketika ia berlari menghampiriku.

“hh.. hh... untung aku ketemu kamu.. kalo engga, aku gatau deh harus pulang sama siapa..” katanya terengah – engah sambil mengatur nafasnya.

“kupikir kau sudah pulang daritadi..” tanyaku heran.

“tadinya.. eh ternyata supirku tidak bisa menjemput karena istrinya akan segera melahirkan.. boleh aku menumpang dimobilmu??” tanyanya. Aku bingung sendiri.

“mobil??” tanyaku memastikan kalo apa yang aku dengar tadi itu salah.

“iya.. kau pasti punya mobil kan?? Sangrim pasti selalu menumpang denganmu kan karena rumah kalian berdekatan??” katanya dengan wajah ceria.

“BUAHAHAHAHAHAHA” aku tertawa puas dan kencang. Ia menyiritkan keningnya bingung.

“kami ga punya mobil.. hahaha kami ini bukan dari keluarga terhormat seperti kau, Siwon ataupun Youngjun.. kami Cuma murid beasiswa yang setiap hari pulang pergi dengan bus..” jelasku masih tertawa.

“aah.. gitu ya.. aduh jadi malu..” katanya tersipu – sipu.

“lucu..” batinku tersenyum.

“yasudah.. kalo gitu, boleh ga, aku ikut denganmu naik bus??” tanyanya dengan wajah merahnya. Aku jadi salah tingkah dibuatnya.

“boleh saja! Rumahmu didaerah mana??” tanyaku antusias.

“gimpo!” jawabnya semangat. Wajahku berubah mendung.

“lawan arah.. aku di namyangju..” kataku dengan wajah sedih. Namun wajah Ilyeon Nampak lebih sedih.

“aku pulang sama siapa..” katanya sambil menatap wajahku dengan tatapan kosong.

“kalo naik kereta gimana??” tawarku. berharap wajah sedihnya berubah.

“ng?? boleh! Aku juga belum pernah naik kereta!” katanya semangat.

“anak orang kaya..” batinku malas.

“LEE HYUKJAEEEEE!!!!!!!!!” tiba – tiba terdengar suara melengking dari jaun yang semakin kencang dan mendekat. Aku tau suara ini.

“habislah aku..” gumamku malas.

“heh!! Aku nungguin dibawah! Kenapa lama banget sih?!” katanya dengan nafas yang agak berburu dan keluar kepulan asap dari mulutnya. Aku tersentak melihatnya.

“ya! Kau ga pake mantel?! Kenapa Cuma pake sweater?!” kataku panik.

“aku lupa bawa.. kupikir udaranya ga bakalan sedingin ini..” katanya sambil menggosok – gosokkan telapak tangannya.

“eh?? Kok Ilyeon belum pulang??” tanyanya yang sadar ada Ilyeon.

“jemputanku tiba – tiba gabisa jemput..” jawabnya singkat dengan wajah iba.

“Siwon?? Kalian ga pulang bareng??” tanyanya lagi dengan badan yang agak menggigil.

“kami ga pernah pulang bareng..” jawabnya dengan wajah sedih. Aku jadi sedikit iba melihatnya.

“ya Cho Sangrim!” tegurku galak. Ia menoleh. Kemudian aku lemparkan syalku padanya.

“ini kan syal kesayanganmu..” katanya dengan nada agak menolak.

“pakai sana! Liat tuh badan udah menggigil!” ketusku. Ia hanya manyun dan memakainya. Aku jadi sedikit bersalah membuatnya menunggu diluar dan menggigil.

“kalo kita pulang, Ilyeon gimana??” Tanya Sangrim yang masih menggosok – gosokkan telapak tangannya.

“kita antar dia dulu ke gimpo naik kereta.. nanti baru kita pulang..” jawabku sambil merangkulnya.

“eh??” kagetnya dengan wajah bodoh. Aku menginjak kakinya supaya dia ga ngomong macam – macam.

“maaf yah merepotkan..” ucap Ilyeon ga enak.

“ani.. gwaenchana..” kataku sambil tersenyum manis. Mataku melirik Sangrim dengan wajah kesal. Ia masih menggerutu karena dari gimpo ke namyangju jaraknya lumayan dan hari sudah semakin larut.

“ayo cepat.. hari udah makin larut..” ajak Sangrim yang ngambek dan jalan duluan. Ilyeon jadi ga enak dan menatapku dengan wajah bersalah.

“gapapa.. ga usah dimasukkan ke hati.. anaknya emang gitu.. nanti juga baik sendiri kok..” kataku menenangkannya. Ia hanya tersenyum tipis. Ketika sampai gerbang, ternyata Sangrim tidak sendiri disana.

“lah?? Youngjun juga belum pulang??” kaget Ilyeon yang melihat Youngjun sedang ngobrol sesuatu sama Sangrim.

“ada apa nih??” kataku penasaran. Aku berlari mendekati mereka berdua.

“yah?? Berikan aku waktu seminggu.. aku berjanji semua lirik ini akan selesai berikut kanjinya.. ya??” katanya memohon dengan wajah memelas.

“kenapa??” tanyaku ingin tau. *kepo lo! -,-

“ah gada.. aku memberikannya tugas.. ia harus menyelesaikan 5 buah lagu yang tulisan liriknya romaji ke dalam huruf hiragana maupun katakana..” jawab Sangrim santai. Aku dan Ilyeon hanya menganga kecil.

“tapi tetap ya.. bukumu aku sita..” lanjutnya dengan badan menggigil. Youngjun mengangguk dan terpancar senyum puas dari wajahnya.

“baik.. ayo pulang.. nanti kau mati beku..” peringat Ilyeon dengan wajah cemas.

“eh tunggu! Lebih baik kau naik mobilku saja..” tawar Youngjun sambil menghentikan Sangrim. matanya agak terbelalak memegang tangan Sangrim.

“dingin banget tanganmu..” kagetnya.

“aku hampir mati rasa nih.. pulang naik apa jadinya..” keluh Sangrim yang hampir menangis.

“Youngjun ah! Kau antar temanku pulang ya.. aku mau mengantar Ilyeon dulu..” kataku Sambil memeluk Sangrim.

“sekalian saja..” tawar Youngjun lagi.

“ga usah.. aku udah janji sama Ilyeon mau mengantarnya.. wajah Sangrim sudah pucat menahan dingin.. cepat kau antar dia..” tolakku halus. Badan Sangrim semakin menggigil. Aku jadi panic dibuatnya.

“tunggu disini.. aku ambil mobil dulu..” Youngjun melepas mantelnya dan memakaikannya ketubuhku. Aku melepas pelukanku dari Sangrim dan mengenakan mantel yang diberikan Youngjun padanya.

“harusnya tadi kau jangan memelukku!” protesnya ketika mantel itu kupakaikan padanya.

“kau ini! Aku udah panik gini masih bisa bercanda!” kesalku sambil mengeplak kepalanya.

“ga usah ngeplaaak…” ambeknya dengan wajah yang perlahan – lahan mulai memerah. Tadi sangat pucat.

“ayo naik!” Youngjun membuka kaca mobilnya.

“Hyuk.. ayo ikut..” ajak Sangrim dengan tatapan penuh harap.

“sudah sekalian saja.. Ilyeon! Rumahmu dimana??” Tanya Youngjun pada Ilyeon.

“daerah gimpo..” jawab Ilyeon singkat.

“lah?! Sekalian saja! Aku juga disana! Kalian dimana??” Tanya Youngjun menatapku dan Sangrim.

“namyangju..” jawab kami bersamaan.

“gimpo dan namyangju kan berlawanan! Ayo naik! Aku akan mengantar kau dan Sangrim dulu.. Ilyeon searah dengan rumahku..” katanya ramah. Sangrim juga sudah menatapku dan Ilyeon penuh harap. Akhirnya kami mengalah dan ikut naik ke mobil Youngjun. Sangrim terlihat sangat senang. Ia langsung berlari menuju pintu depan mobil dan duduk manis disana.

“kok??” Tanya Youngjun heran ketika melihat Sangrim duduk disebelahnya.

“eh?? Maaf deh..” jawab Sangrim polos.

“aah! Bercanda kok..” cegat Youngjun sebelum Sangrim keluar dan pinda duduk kebelakang. Aku dan Ilyeon hanya saling pandang heran. Selama perjalanan, kami lebih sering terdiam. Hanya ada percakapan antara aku dan Sangrim sesekali.

“hari ini langitnya cantik banget..” Youngjun mulai membuka topik disela – sela kemacetan. Ia melihat kelangit sambil tersenyum. Ilyeon ikutan melihat keluar dari jendela. Wajahnya juga ikutan sumringah. Sementara Sangrim daritadi hanya melihat keatas dengan matanya yang berkaca – kaca terpantul dari spion mobil.

“serius sekali..” Ilyeon memecah kesunyian sambil menyenggol Sangrim. sangrim terhentak dan menegok kebelakang. Ia hanya tertawa.

“dilangit gada apa – apa kok.. kau juga ga usah serius gitu litany..” ledek Youngjun.

“langit sunyi ditengah gelapnya malam.. ditemani terangnya sinar rembulan dan percikan cahaya bintang.. membuat hati yang semula dipenuhi kecamuk amarah berubah menjadi gelora cinta yang hangat dan damai.. andai waktu bisa berhenti.. aku ingin terus memandang langit ini..” ucap Sangrim sambil menatap keatas.

CKKIIT!! BRRUK!!

“yah! Kau kenapa?!!” kesal Ilyeon sambil memukul bangku Youngjun dari belakang. Tiba – tiba Youngjun berhenti mendadak dan kami semua terbentur benda yang ada didepan kami.

“aduuuh…” aku meringis kesakitan sambil memegang jidatku. Aku melirik Youngjun kesal. Ia menatap Sangrim dengan mata melotot dan mulut menganga.

“aku gatau kalo kamu bisa bersyair.. bisa buatkan untukku?? Tugas membuat syairku belum nih!” katanya semangat.

“boleh.. tadi sudah kupancing.. silahkan kau teruskan.. sebelum tugasmu belum terkumpul ga akan aku ajarin..” ucap Sangrim polos dengan wajah datar. Aku tertawa geli mendengarnya. Youngjun dibuat shock lagi. Ilyeon tertawa puas.

“sudah sampai daerah rumah.. terimakasih atas tumpangan dan mantelmu ya..”

“eh?!” aku kaget. Benar saja. Sudah sampai rupanya.

“terimakasih ya!” kataku sambil menepuk pundak Youngjun kemudian turun.

“pakai aja dulu sampe rumah.. kau bisa kembaliin itu besok..” kata Youngjun ramah ketika Sangrim akan melepas mantelnya. Sangrim jadi bimbang. Akhirnya ia tidak melepasnya dan tetap memakainya.

“terimakasiiih……” ucap kami bersamaan dan membungkuk.

“Hyuk..” tegur Sangrim.

“apa??” tanyaku.

“DIA TAMPAN YAAAAH…… TAMPAN DAN… BAIK HATIIII…… AAAAAAAAAA” Sangrim histeris sendiri sambil mengguncang – guncangkan tubuhku.

“mantelnyaaa… aaahhh… bau badannya……” katanya lagi sambil memeluk – meluk tubuhnya sendiri. Wajahnya menjadi lebih merah dari yang tadi.

“seenggaknya ga pucat..” kataku dalam hati.

“terserah! Sekarang lebih baik kita cepat – cepat masuk rumah sebelum mati beku!” peringatku ketus. Sangrim hanya manyun dan mengikutiku.

------------ ------------ ----------

Seminggu kemudian..

“kau ini belajar apa aja sih selama seminggu??” suara itu terdengar lagi. Sangrim selama seminggu ini jadi dekat mendadak dengan Youngjun yang otomatis dia juga menjadi punya musuh dadakan.

“kau ini terlalu menggunakan kesempatan ditengah kesempitanmu..” komentarku disela – sela Sangrim mengajari Youngjun. Seminggu ini pula aku menemani mereka dan seminggu ini pula.. Aku jarang melihat Ilyeon.

“dia kemana ya??” batinku cemas. Niatnya hari ini, aku mau bilang sesuatu sama dia. Tapi niat itu kuurungkan karena seminggu ini aku ga ngeliat dia.

“aku jalan – jalan dulu ya..” pamitku pada Sangrim. sangrim mengangguk. Bosan sekali lama – lama di perpus. Bacaan juga lagi ga ada yang bagus.

“enaknya kemana ya??” tanyaku pada diri sendiri.

“Hyukjae!!” teriak seseorang dari belakang. Mataku agak membulat mendengarnya. Aku kenal betul suara ini. Tanpa basa basi aku langsung menoleh. BUG!! Tiba – tiba seseorang langsung memelukku.

“aku kangen padamu.. benar – benar kangen..” katanya dengan nada sedikit terisak. Aku terhentak sebentar. Aku juga merindukannya. Mungkin lebih darinya. Dengan takut – takut aku membalas pelukannya.

“n.. nado.. bogoshippo..” ucapku pelan tepat ditelinganya. Ia semakin erat memelukku. Pundakku semakin basah. Kupikir ia menangis.

“ada apa denganmu??” tanyaku ketika melepaskan pelukan itu. Mataku jadi lebih terbelalak melihat keadaannya.

“kau potong rambut?!” kagetku. Orang itu hanya tersenyum agak miris.

“maaf memelukmu tiba – tiba.. bagaimana menurutmu??” tanyanya sambil menyeka air matanya. Aku bengong. Benar – benar speechless.

“lebih cantik dari sebelumnya..” ucapku tiba – tiba. Ia hanya tersenyum malu dan wajahnya memerah. Jantungku semakikn berdegup. Aku gugup. Aku memang tau kalo dia itu pacarnya Siwon. Tapi, ia juga harus tau kalo aku suka sama dia. Supaya dia bisa jaga jarak sama aku dan gada salah paham apapun nantinya. Walau memang baru seminggu ini kami dekat, tapi aku menyukainya sudah lama.

“Ilyeon ah~” panggilku agak takut.

“mm??” jawabnya dengan wajah penasaran. Aku menarik nafas pelan – pelan. Mengusahakan kalau jantungku tidak akan copot atau apapun itu nantinya.

“aku tau ini lancang tapi..” aku memejamkan mataku. Berharap ada kekuatan yang datang padaku.

“aku menyukaimu..” ucapku mantap sambil menatap matanya lurus dan memegang telapak tangannya. Matanya agak terbelalak. Aku tidak mengharapkan jawabannya. Asal sudah kuucapkan, itu membuatku lega.

“ga kau jawab juga ga papa kok.. aku hanya ingin kau tau.. supaya nantinya ga jadi salah paham antara aku dan siwon..” kataku sambil tersenyum. Ia masih belum bilang apa – apa. Hanya semburat pipi merah yang terpancar dan kepalanya menunduk kebawah.

“terimakasih.. akhirnya doaku terkabul..” katanya dengan mata yang berkaca – kaca.

“nado.. joahaeyo..” katanya sumringah. Aku menatap tidak percaya.

“gwaenchana.. aku sudah putus dari Siwon.. dia itu laki – laki brengsek yang pernah kutemui.. padahal aku..” kata – katanya kuputus. Aku menaruh telunjukku dibibirnya. Tidak mau mendengar lebih banyak.

“biarkan ia berlalu bagai dedaunan jatuh yang diterpa angin pagi.. aku akan tetap menjadi musim dingin yang mengharapkan daunnya ada satu dipohon..” ucapku sambil menatap matanya tajam. Tanganku menyeka air matanya yang mulai jatuh.

“mungkin aku tidak sesempurna Siwon.. kalau diumpamakan dalam cerita dongeng, aku hanyalah seorang Cinderella yang tertarik pada pangeran..” kataku sambil tersenyum dihadapannya.

“dan aku berterimakasih karena pangeran mau menerima Cinderella ini.. aku akan membuat pangeran menyesal karena daridulu tidak melirikku..” ucapku. Tiba – tiba Ilyeon menengok keluar.

“salju..” katanya dengan wajah berseri.

“yak.. itulah saksinya..” kataku. Lalu aku mendekatkan wajahku kewajahnya. Memiringkan sedikit kepalaku dan mencium bibirnya lembut. Awalnya ia tidak merespon. Tapi lama – lama ia membalas ciumanku.

“our story just begin baby..” ucapku setelah melepas ciuman dan menatap salju yang turun diluar.

THE END~~~

Maaf yah klo jelek.. ini semua ceritanya ngelenceng bnget dari yg ad di sms.. -__- RCL yaaa

No comments:

Post a Comment